Thursday, December 6, 2018

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ners Stase KMB
Dosen Pembimbing Akademik : Rika Monika, S. Kep., Ns.













Disusun oleh :
Whidi Purnomo 13310009


Program Profesi Ners STIKES Yogyakarta
Yogyakarta

2013/ 2014














BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini umumnya masih banyak gaya hidup masyarakat yang masih belum memahami tentang pentingnya kesehatan. Mereka pada umumnya mengkonsumsi segala jenis makanan, seperti : makanan tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi dengan olahraga atau aktifitas fisik untuk membakar lemak dan gaya hidup yang salah, seperti : kebiasaan merokok dan minum-minuman keras ataupun mengkonsumsi narkoba yang kesemuanya itu dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Diantara masalah kesehatan tersebut akan mengakibatkan timbulnya penyakit Reumatik, Diabetes Mellitus, Jantung, Ginjal dan sebagainya. Dari berbagai penyakit diatas diantaranya adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer C, Suzanne, 2001).
Diabetes Mellitus mempunyai dua tipe yang pertama Diabetes Mellitus tipe I (IDDM) yaitu diabetes mellitus yang tergantung insulin dan yang kedua Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin. Diabetes mellitus tipe I biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun dengan persentase 5% - 10% dari seluruh penderita diabetes mellitus. Sedangkan pada kasus diabetes mellitus tipe II sering ditemukan pada usia lebih dari 30 tahun dengan persentase 90% - 95% seluruh penderita diabetes mellitus, obesitas 80% dan non obesitas 20% (Smeltzer C. Suzanne, 2001). Menurut riset, penderita diabetes mellitus di Indonesia mencapai 12 juta jiwa atau 5% dari seluruh penduduk. Sekitar 30% dari penderita mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati dan 10% harus menjalani amputasi.
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes.Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50% yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30% yang datang berobat teratur.
Penyakit diabetes mellitus memerlukan penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk mencegah komplikasi akut seperti ketoasidosis dan sindromkoma hiperglikemik hiperosmolar non ketotik yang dapat menyebabkan koma. Kematian dan juga dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang, seperti penyakit makrovaskuler, penyakit mikrovaskuler dan penyakit oftamologi lainnya. Penyakit Diabetes mellitus perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik oleh perawat. Secara Promotif seperti memberikan penyuluhan kesehatan tentang Diabetes Mellitus, kemudian dengan preventif yaitu dengan cara menerapkan gaya hidup sehat seperti rutin berolahraga dan tidak merokok. Selain itu perawat juga berperan secara kuratif dan rehabilitatif seperti pengontrolan kadar gula darah, melakukan perawatan luka dan mengatur diet makanan yang harus dimakan sehingga tidak terjadi peningkatan kadar gula darah.

B. Tujuan
Tujuan umum :
Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyakit Diabetes mellitus.
Tujuan khusus:
1.      Mengetahui definisi penyakit Diabetes mellitus.
2.      Mengetahui etiologi penyakit Diabetes mellitus.
3.      Mengetahui tanda dan gejalah penyakit Diabetes mellitus.
4.      Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit Diabetes mellitus.
5.      Dapat melakukan asuhan keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada penyakit Diabetes mellitus.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.Definsi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut : 
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

C. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya Diabetes Mellitus (Sjaifoellah, 1996 : 692) yaitu :
1. Faktor keturunan
Karena adanya kelainan fungsi atau jumlah sel–sel betha pancreas yang bersifat genetic dan diturunkan secara autosom dominant sehingga mempengaruhi sel betha serta mengubah kemampuannya dalam mengenali dan menyebarkan rangsang yang merupakan bagian dari sintesis insulin.
2. Fungsi sel pancreas dan sekresi insulin berkurang
Jumlah glukosa yang diambul dan dilepaskan oleh hati dan yang digunakan oleh jaringan perifer tergantung keseimbangan fisiologis beberapa hormon. Hormon yang menurunkan glukosa darah yaitu insulin yang dibentuk sel betha pulau pancreas.
3. Kegemukan atau obesitas
Terjadi karena hipertrofi sel betha pancreas dan hiperinsulinemia dan intoleransi glukosa kemudian berakhir dengan kegemukan dengan diabetes mellitus dan insulin insufisiensi relative.
4. Perubahan pada usia lanjut berkaitan dengan resistensi insulin
Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada post reseptor.

D. Manifestasi klinis
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut:
Pada tahap awal sering ditemukan :
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

E. Patofisiologi
Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa/produksi glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemia (kadar glukosa darah > 110 mg/dl). Pada pasien DM, kadar glukosa dalam darah meningkat/tidak terkontrol, akibat rendahnya produk insulin/tubuh tidak dapat menggunakannya, sebagai sel-sel akan starvasi. Bila kadar meningkat akan dibuang melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresi sehingga pasien banyak minum (polidipsi). Glukosa terbuang melalui urin maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan meningkat (poliphagi). Akibat sel-sel starvasi karena glukosa tidak dapat melewati membran sel, maka pasien akan cepat lelah.

F. Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi yaitu:
1. Gagal ginjal
2. Hiperglikemia
3. Hipertensi
4. Ketoasidosis
5. Sindrom hiperglikemia
6. Amputasi

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara lain:
1. Pemeriksaan gula darah
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dl (engliglikemi) dalam kondisi asupan makanan yang berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan sesudah makan serta pada waktu tidur.
2. Pemeriksaan dengan Hb
Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang merupakan Hb minor sebagai hasil dari glikolisis normal.
3. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara pemeriksaan darah.

H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan

I. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubunugan dengan outpu yang berlebih.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah.
4. Resiko tinggi terhadap persepsi sensori berhubungan dengan perubahan kimia endogen.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit progresif yang tidak dapat diobati
7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

J. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih
Tujuan: Masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
a. Tanda-tanda vital normal.
b. Turgorkulit elastis.
c. Kapilerirevil kurang dari tiga detik.
d. Membran mukosa lembab.
e. Haluan urin tepat secara indivudu.
f. Kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi keperawatan :
a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD.
Rasional: hipovolemi dapat di manifestasikan oleh hipotensi dan takikardi.
b. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, tugor kulit, dan membran mukosa
Rasional: merupakan indikator dari tingkat dehidraasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
c. Pantau masukan daan pengeluaran, catat berat jenis urin
Rasional: memberikan perkiraan akan cairan pengganti fungsi ginjal dan keefektifan terapi yang diberikan.
d. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
Rasional: mempertahankan hidrasi/ volume cairan.
e. Berikan terapi cairan selama dengan indikasi, seperti normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa dextrosa.
Rasional: tipe dan jumlah dari cairan terganung pada derajat kekurangan cairan dan respon pasien secara individu
f. Berikan belum atau elektrolit lain melalui IV atau melalui oral sesuai indikasi
Rasional: Untuk mencegah hipokolemia.
2. Perubahhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin.
Tujuan: Maslah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil:
a. Berat badab stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya.
b. Mual dan muntah hilang.
c. Bafsu makan bertambah.
d. Hasil laboratorium menunjukan keadaan normal.
Intervensi keperawatan:
a. Timbang BB setiap hari atau sesuai dengan indikasi
Rasional:   mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
b. Auskultasi bising usus
Rasional:   hiperglikemi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akan menurunkan fungsi lambung.
c. Berikan makanan cairan yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit
Rasional:   pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dengan fungsi gastrointestinal baik.
d. Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton, PH, dan HCO3
Rasional: gula darah akan menurunkan perlahan dengan penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol.

e. Lakukan konsul dengan ahli diet
Rasional: sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah.
Tujuan: Masalah resiko terhadap infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil:
a. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
b. Personaal higien yang baik.
c. Perubahan gaya hidup untuk mencegah infeksi.
Intervensi keperawatan:
a. Observasi tanda-tanda inveksi dan peradangan
Rasional: pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoaasidosis atau dapat mengalami inveksi nosokomial.
b. Pertahankan tekhnik aseptik pada prosedur invasif
Rasional: kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
c. Berikan perawatan kulit dengan teratur
Rasional: Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit
d. Bantu pasien untuk melakukan higiene oral
Rasional: menurunkan terjadinya penyakit mulut/gusi.
e. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifas sesuai dengan indikasi
Rasional: untuk mengidentifikasi mikroorganisme sehingga dapat menentukan pemberian trapi antibiotik yang terbaik.
f. Berikan antibiotik yang sesuai
Rasional: Pnanganan awal dapat membantu mencegah tumbuhnya spesipi.

4. Resiko tinggi terhadap persepsi sensori berhubungan dengan perubahan kimia endogen.
Tujuan: Tidak terjadi ganguan persepsi sensori.
Kriteria Hasil:
a. Mengeneli keterbatasan diri   
b. Orientasi baik
c. Mampu mengidentifikasi sensori yang datang
Intervensi keperawatan:
a. Pantau tandan-tanda vital dan status mental.
Rasional: Suhu yang meningkat mempengaruhi fungsi mental.
b. Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak menggangu istirahat klien.
Rasional:  Meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih, dandapat memperbaiki daya pikir.
c. Pelihara aktivitas rutin klien sekonsisten mungkin, dorong klien untuk melakukan kegiatan sehari-hi=ari sesuai kemampuannya.
Rasional:  Mambantu klien untuk mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
d. Berikan tempat tidur yang lembut.
Rasional:  Meningkatkan raasa nyaman dan menurunkan kemungkinan kerusakan kulit karena rasa panas.
e. Bantu klien dalam ambulasi atau perubahan posisi.
Rasional:  Meningkatkan keamanan klien ketika rasa keseimbangan di pengaruhi.
f. Berikan pengobatan sesuai dengan obat yang ditetukan untuk mengatasi DKA sesuai inddikasi.
Rasional:  Gangguan dalam prosespikir terhaadap aktifitas kejang biasanya hilang bila keadaan hiper osmolaritas.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik
Tujuan: Masalah intoleransi aktifitas dapat teratasi
Kriteria Hasil:
a. Mengungkapkan adanya peningkatan energi.
b. Menunjukan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan.
Intervensi keperawatan:
a. Diskusikan dengan klien kebuthan atas aktivitas.
Rasional:   Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan motivasi, mekipun pasien mungkin masih lemah.
b. Berikan aktivitas altrrnatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional:   Mencegah kelelahan yang berlebihan.
c. Pantaunadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional: Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat di toleransi secara fisiologis.
d. Diskusikan cara manghemat kalori selama berpindah tampat.
Rasional: Klien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan.
e. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat di toleransi.
Rasional:   Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang fositif yang sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleraansi pasien.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit progresif yang tidk dapat diobati.
Tujuan: Mampu mengidentifikasikan cara-cara sehat untuk menghadapi perasan.
Kriteria Hasil:
a. Dapat mengekspresikan perasaan sebenarnya.
b. Mampu mengontrol emosi.
c. Ikut berpartisipasi dalam proses keperawatan untuk pembuatan keputusan.
Intervensi keperawatan:
a. Anjurkan kilen untuk mangekspresikan perasannya.
Rasional: Mempermudah dalam memecahkan masalah klien.
b. Akui normalitas dari klien.
Rasional: Pengenalan bahwa reaksi normal dapat membantu klien untuk memecahkan masalah dan mencapai bantuan sesuai kebutuhan.
c. Kaji bagaimana klien telah menangani masalahnya dimasa lalu.
Rasional: Mengtahui gaya hidup membanyu untuk menentukan kebutuhan kilen.
d. Anjurkan klien dalam membuat keputusan sehubung dengan perawatannya.
Rasional: Mengkomunikasikan pada klien bahwa pengendalian dapat dilatih pada saat perawatan dilakukan.
e. Berikan dukungan pada klien untuk ikut berperanserta dalamperwatan diri sendiri.
Rasional: Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situsi.
7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
Tujuan: Masalah kurangnya pengetahuan dapat teratasi
Kriteria Hasil:
a. Menyatakan pemahaman tentang penyakit.
b. Mampu mengidentifikasi tanda dan gejala dengan proses penyakit.
c. Mampu meakukan prosedur keperawatan dengan benar.
d. Mempu melakukan perubahan gaya hidup.
Intervensi keperawatan:
a. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan sesalalu ada buat pasien
Rasional: menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian proses belajar.
b. Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan
Raional: partisipasi dengan perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama pasien dengan prinsip-prinsip yang di pelajari.
c. Pilih berbagai  strategi belajar seperti teknik demonstrasi
Rasional: penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi meningkatkan penyerapan pada indifidu yang belajar.
d. Diskusikan topik-topik utama, seperti apakah kedar glukosa normal itu dan bagaimana hal tersebu dibandingkan dengan kadar gula darah pasien, tipe DM yang di alami pasien .
Rasional: memberikan pengatahuan dasar di mana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.


























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

IDENTITAS KLIEN
Nama
Umur
No. Reg
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Tanggal masuk RS
Dx. Medis
: Ny. S
: 38 Tahun
: 523893
: Sanden, Martigading, Bantul
: SMP
: Pedagang
: 10 Februari 2014
: DM

KELUHAN UTAMA
Mual, pusing, lemes, mata kabur, kaki senut-senut, perut terasa panas.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien masuk dengan keluhan ada benjolan di paha bagian kanan, panas dingin dan pandangan kabur.

RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Tidak memiliki riwayat DM

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ayah menderita DM





POLA KESAHATAN SEHARI-HARI
Pola-pola
Sebelum sakit
Saat sakit
A. Nutrisi
B. Eliminasi

C. Istirahat
D. Personal Hygiene
E. Aktivitas
2x 1 Porsi Penuh
Bak 6-8x/Hari
Bab 1x/Hari
6-8 Jam
Mandiri
Mandiri
Diet Rs 3x1 Porsi Penuh
Bak 6-8x/Hari
Bab 1x/Hari
±2 Jam/Hari
Dibantu
Dibantu


PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum Pasien  : Lemah
Kesadaran                      : CM
GCS                               : 15= E:4, V:5, M:6
PEMERIKSAAN KEPALA DAN MUKA
-Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada perlukaan, tidak ada lesi.
PEMERIKSAAN TELINGA
-Simetris, bersih, tidak ada gangguan pendengaran.
PEMERIKSAAN MATA
-Simetris, pupil isokor, konjungtiva dan sklera normal.
PEMERIKSAAN MULUT DAN FARING
-Gigi normal tidak ada caries dentis.
PEMERIKSAAN LEHER
-Normal, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak    ada kaku  kuduk, tidak ada Hematom, tidak ada Lesi.
PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK
- Simetris kiri dan kanan.
PEMERIKSAAN THORAX
- Pemeriksaan Paru: Simetris, suara vesikuler, perkusi: sonor.
- Pemeriksaan Jantung: Inspeksi :Ictus cordis tidak nampak
  Palpasi : Ictus cordis  teraba di midklavikula intercosta 5
                                      Perkusi : Batas jantung tidak terkaji
                                      Auskultasi : Bunyi jantung I (SI):+
  Bunyi jantung II (SII) :+
  Bunyi jantung III (SIII): Tidak ada
PEMERIKSAAN ABDOMEN
-Inspeksi: Simetris, tidak ada ascites.
-Auskultasi: Peristaltik : 13 x/mnt.
-Palpasi: Normal, tidak ada hepatomegali, tidak ada  tumor.
-Perkusi: Timpani.
PEMERIKSAAN INTEGUMEN
-Kulit kering, warna sawo matang.
PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK (EKSTREMITAS)
-Terdapat abses pada paha sebelah kanan.
PEMERIKSAAN GENITALIAN DAN SEKITAR ANUS
-Klien mengatakan tidak ada hemoroid.
PEMERIKSAAN STATUS NEUROLOGIS
-Tidak ada gangguan neurologis

RIWAYAT PSIKOSOSIAL
PERSEPSI DAN HARAPAN KLIEN TERHADAP MASALAHNYA
-Pasien mengatakan ingin segera sembuh dari penyakitnya
PERSEPSI DAN HARAPAN KELUARGA TEHADAP MASALAH KLIEN
-Keluarga berharap pasien bisa sembuh dan dapat melakukan aktivitas seperti biasanya.
POLA INTERAKSI DAN KOMUNIKASI
-Komunikasi nyambung dan lancar.
POLA NILAI DAN KEPECAYAAN
-Klien selalu menjalankan ibadahnya (shalat 5 waktu) sebagai umat muslim,namun setelah sakit klien tetap menjalankan ibadah tetapi di atas tempat tidur.

PENGKAJIAN KONSEP DIRI
-Tidak mengalami gangguan konsep diri.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
GDS : 586 mg/dl
Hb : 13,4 g/dl
Leukosit : 12,03 mg/dl
Eritrosit: 4,57/UL
Trombosit: 536/UL
Eosonofil: 0%
Basofil: 0%
Segmen: 88%
Limfosit: 7%
Monosit: 4%
Ureum: 17mg/dl
Creatin: 0,64mg/dl
Asam urat: 4,78mg/dl

PENETALAKSANAAN MEDIS
-Ciprofloxacin
-Novorapid 3x10ml
-Rl 20tpm









ANALISA DATA
No
Tanggal
Data
Etiologi
Masalah
1.







2.

D.S : -pasien mengatakan nyeri pada paha kanan.
D.O:  -terdapat abses pada paha kanan.
-pasien tampak meringis menahan sakit.
-skala nyeri 5.

D.S : Pasien mengatakan susah tidur karena terlalu banyak orang.
D.O: -Pasien tampak lemes dan kecapekan.
-Pasien tampak mengantuk.
Agen Injury







Kurang privasi
Nyeri







Gangguan pola tidur



















DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d agen injury.
2. Gangguan pola tidur b.d kurang privasi.



























RENCANA ASUHAN KEPEAWATAN
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
1.













2.
Nyeri akut b.d agen injury.













Gangguan pola tidur b.d kurangnya privasi.
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x8 jam nyeri dapat teratasi dengan KH:
-pasien mampu mengontrol nyeri
-pasien mampu menggunakan teknik non farmakologi.
-melaporkan nyeri berkurang hingga skala 0-3.
-menyatakn nyeri berkurang.

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x8 jam gangguan pola tidur dapat teratasi dengan KH:
-jumlah jam tidur dbn 6-8 jam/hari.
-kualitas/pola tidur dbn.
-perasaan segar setelah tidur.
-lakukan pengkajian nyeri.
-Observasi respon non verbal.
-kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
-ajarkan teknik non farmakologi.
-kolaborasi pemberian terapi.



-Jelaskan pentingnya tidur.
-ciptakan lingkungan yang nyaman.
-Anjurkan banyak istirahat.
-monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap hari.














CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
No. Dx
Tanggal/jam
Tindakan Keperawatan
TT

1.




2.





1.



2.





1.
Rabu 12/02/2014
14.45
15.15
16.00
17.00

14.15
16.30
17.45
18.10

Kamis 13/02/2014
14.30
14.55
15.00

14.35
17.00
17.30
18.10
18.15
Jumat 14/02/2014
20.15
20.20
20.30
21.05
21.10

-Menanyakan keluhan.
-Mengkaji skala nyeri.
-Menganjurkan nafas dalam.
-Mengukur tanda vital.

-Mengobservasi K.U.
-Mengkaji jumlah jam tidur.
-Menganjurkan banyak istirahat.
-Membatasi jumlah pengunjung


-Menanyakan keluhan pasien
-Mengkaji skala nyeri
-Mengobservasi respon non verbal

-Mengobservasi K.U pasien
-Mengukur TTV
-Menanyakan jumlah jam tidur
-Menganjurkan banyak istirahat
-Menjelaskan pentingnya tidur

-Menanyakan apa yang dirasakan pasien
-Mengkaji skala nyeri
-Mengukur tanda vital
-Menganjurkan nafas dalam
-Melihat respon non verbal

Whidi




Whidi




Whidi



Whidi





Whidi
















CATATAN PERKEMBANGAN
No.Dx
Tanggal/jam
Perkembangan
TT

1.






2.





1.






2.




1.
Rabu 12/02/2014
19.05






19.15




Kamis 3/02/2014
19.00






19.30



Jumat 14/02/2014
06.30

S: klien mengatakan nyeri pada paha kanan.
O: -skala nyeri 5.
-terdapat abses dan luka kecil pada paha kanan.
-ekspresi menahan nyeri.
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

S: pasien mengatakan kurang tidur
O: -pasien tampak lemah dan mengantuk
-TD:120/80 mmHg, N:78x/m
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

S: pasien mengatakan nyeri pada paha kanan
O: -skala nyeri 4
-pasien tampak meringis
-TD:100/70 mmHg, N:98x/m
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

S: pasien mengatakan bisa tidur nyenyak 6-7 jam
O: pasien tampak segar dan semangat
A: masalah teratasi
P:-

S: pasien mengatakan nyeri berkurang
O: -skala nyeri 3
-TD: 110/70, N:76x/m
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

Whidi






Whidi





Whidi






Whidi




Whidi










BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Diabetes atau yang sering disebut dengan Diabetes Mellitus merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin,zat yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas.Bisa pula karena adanya gangguan pada fungsi insulin,meskipun jumlahnya normal.
2. Penyakit Diabetes terdiri atas dua macam, yaiti Diabetes tipe 1 (IDDM) dan Diebetes tipe 2 (NIDDM).
3. Cara mengontrol gula darah dalam tubuh ialah dengan cara berolah raga secara teratur, melakukan senam khusus diabetes,  berjalan kaki, bersepeda, berenang, serta diet dengan cara yang benar.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa STIKES Yogyakarta hendaknya kita menjaga kesehatan dalam tubuh kita sejak dini, mulai mengontrol makanan yang tidak baik untuk kesehatan dalam tubuh kita, karena apabila kita telah menjaga kesehatan sejak dini maka tubuh kita akan selalu sehat.
2. Bagi Masyarakat hendaknya kita menjaga lingkungan sekitar kita dan mulai bisa mengontrol makanan yang dapat membuat kadar gula darah kita naik serta dianjurkan agar kita mengecek kadar gula darah kita untuk mewaspadainya.









DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.

Dr. Rubby, Billous. 2008. Bimbingan Dokter pada Diabetes. Dian Rakyat. Jakarta

Marelli T.M. 2007. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan edisi 3. EGC. Jakarta.

Utami, Prapti. 2009. Solusi Sehat MengatasiDiabetes. Agromedia Pustaka. Jakarta