Friday, May 17, 2013

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HERPES GENITALIS










BAB I
PENDAHULUAN

Ibu hamil harus mendapatkan cukup nutrisi dan selalu dalam keadaan yang sehat agar bisa menghasilkan keturunan yang baik. Namun jika ibu sampai terkena penyakit maka akan sangat berbahaya bagi perkembangan janin sehingga generasi yang dihasilkan menjadi tidak baik. Salah satunya ibu harus terhindar dari TORCH, yaitu infeksi yang terdiri dari toksoplasmosis, rubella, CMV, dan Herpes. Dan yang akan dibahas kali ini adalah mengenai Herpes, terutama herpes genital. Herpes genitalis adalah infeksi virus yang menyebabkan lesi (lepuh) pada serviks, vagina, dan genetalia eksterna. (Brunner & Suddarth, 2002: 1543)
Herpes genital termasuk penyakit menular seksual yang ditakuti oleh setiap orang. Torres melaporkan bahwa HSV-II telah menginfeksi lebih dari 40% penduduk dunia. Syahputra, dkk, di Amerika, Inggris, dan Australia ditemukan kurang lebih 50% wanita dengan HSV-II positif. Di Eropa, HSV-II berkisar antara 7-16%, Afrika 30-40%, oleh karena itu dikatakan bahwa saat ini herpes genitalis sudah merupakan endemik di banyak negara. Di Indonesia sampai saat ini belum ada angka yang pasti, dari 13 rumah sakit, disebutkan bahwa herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual dengan gejala ulkus genital adalah kasus yang sering dijumpai. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah seseorang dengan perilaku yang tidak sehat.
Lesi genitalia pada herpes genitalis terasa sangat nyeri pada penderita dengan gangguan sistem imunologi. Serangan herpes genitalis sering menyebabkan stres pada penderita yang menyadari bila dia terkena infeksi herpes genitalis. Herpes genitalis pada kehamilan dapat menimbulkan kelainan atau kematian janin, terutama bila terjadi infeksi primer saat kehamilan. Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa ensefalitis, keratokonjungtivitis, atau hepatitis; dapat pula timbul lesi pada kulit. Bila transmisi terjadi pada trisemester I cenderung terjadi abortus, sedangkan bila terjadi pada trisemester II, terjadi prematuritas. Selain itu dapat terjadi transmisi pada saat intrapartum. Herpes genitalis berperan dalam penyebaran HIV, virus penyebab AIDS. Herpes genitalis menyebabkan seseorang menjadi rentan terhadap serngan infeksi HIV dan membuat individu yang terinfeksi dengan HIV menjadi sangat infeksius.
Untuk mengatasi peningkatan prevalensi penderita herpes genetalis diperlukan adanya pendidikan terhadap pasien tentang bahaya PMS dan komplikasinya, pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan, cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya, dan cara-cara menghindari infeksi PMS di masa dating. Selain itu untuk wanita hamil dengan infeksi herpes genitalis harus melaksanakan kultur virus tiap minggu dari serviks dan genitalia eksterna sebagai jalan lahir. Persalinan secara sectio caesaria direkomendasikan untuk mencegah infeksi bayi baru lahir.
Herpes genitalis merupakan salah satu penyakit menular seksual yang masih sering di jumpai di Indonesia. Setiap orang dewasa mempunyai kesempatan untuk terjangkit penyakit ini dan penularannya pun sangat mudah, yaitu kontak langsung atau melalui hubungan seksual, maka dari itu penulis tertarik untuk menulis tentang penatalaksaan herpes genitalis.

  

BAB II
PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus
Ny. A umur 26 tahun, beralamatkan di Jl. Mangga Sleman Jogjakarta. Pada tanggal 5 Oktober pasien datang kerumah sakit dengan diantar oleh suaminya. Ny. A mengeluh adanya rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah kemaluannya. Sebelumnya Ny. A mengalami gatal-gatal selama 4 hari. Ny. A mengeluh nyeri di daerah kemaluannya apalagi saat BAK. Ibu mengatakan pekerjaanya hanya di rumah mengurus rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai supir dan jarang di rumah. Dari hasil observasi keadaan umum ibu lemas, kesadaran Compos Mentis, status emosional stabil, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 74 kali/menit, pernafasan 23 kali/menit, suhu 38,5 0 C, terdapat vesikel yang multipel di daerah vulva. Leukosit < 4000/mmk



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama                    : Ny. A
Usia                      : 26 tahun
Jenis Kelamin       : Perempuan
Suku/Bangsa        : Jawa/Indonesia
Agama                  : Hindu
Pekerjaan              : Ibu Rumah Tangga
Alamat                 : Jl. Mangga Sleman Jogjakarta
Tanggal MRS       : 5 Oktober 2011
Diagnosa Medis   : Herpes Genetalia
Keluhan Utama    : Gatal dan nyeri pada kemaluan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. A mengeluh adanya rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang bergerombol dan  dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah kemaluannya. Sebelumnya Ny. A mengalami gatal-gatal selama 4 hari. Ny. A mengeluh nyeri di daerah kemaluannya apalagi saat BAK.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini, pasien juga tidak memiliki alergi. Jika merasa gatal biasanya diolesi minyak kayu putih bisa hilang dengan sendirinya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Suami pernah terkena herpes simpleks sebelumnya, tapi herpes menyerang daerah bibir dan sekitarnya. Dua minggu yang lalu penyakitnya kambuh tapi sekarang sudah sembuh.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan TTV
Tekanan Darah : 110/80 mmHg,
Nadi : 74 kali/menit,
RR : 23 kali/menit,
Suhu : 38,3 0 C
b. Pemeriksaan B1 – B6
1) B1 ( Breathing )
Paru – paru
Ø Inspeksi           : Simetris, statis, dinamis
Ø Palpasi                : Sterm fremitus kanan = kiri
Ø Perkusi            : Sonor seluruh lapang paru
Ø Auskultasi       : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - )
2) B2 ( Blood )
Jantung
Ø Inspeksi           : Simetris, statis, dinamis
Ø Palpasi                : Teraba normal
Ø Perkusi            : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Ø Auskultasi       : Normal (S1 S2 tunggal)
3) B3 ( Brain )
Kesadaran composmentis (GCS : 4-5-6)
4) B4 ( Bladder )
Disuria, BAK 5x sehari, adanya lepuhan yang bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah kemaluan.
5) B5 ( Bowel )
Nafsu makan agak menurun, tetapi porsi makanan tetap habis.
Ø Inspeksi                 : Datar
Ø Palpasi                   : Supel, tidak ada massa
Ø Perkusi                  : Timpani
Ø Auskultasi             : Bising usus ( + )
6) B6 ( Bone )
Tidak ditemukan lesi atau odem pada ekstrimitas atas maupun bawah. Kulit lembab, bersih, turgor baik, tidak terdapat pitting edema, warna kulit sawo matang, tidak ada hiperpigmentasi.
6. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka segera dibawa tempat pelayanan kesehatan terdekat baik itu poliklinik maupun dokter.
b.  Pola Nutrisi
Sebelum sakit pasien makan dengan porsi sedang 3 x sehari ditambah makanan ringan serta minum 4 gelas/ hari. Namun saat sakit nafsu makan pasien berkurang, tetapi tidak sampai kehilangan nafsu makan. Di rumah sakit pasien masih dapat menghabiskan porsi makannya.
c. Pola Eliminasi
Untuk BAK pasien mengalami gangguan selama sakitnya, walaupun pasien tetap kencing dengan frekuensi seperti biasanya, tetapi pasien merasa nyeri saat berkemih.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya yaitu 6- 8 jam/ hari. Ketika sakit pasien kadang mengeluh kesulitan untuk tidur karena merasakan nyeri dan gatal pada daerah genetalia.
e.  Pola Persepsi Dan Kognitif
Pasien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu. Semua alat indera pasien masih berfungsi dalam batas normal.
f.  Pola Aktivitas
Pasien mampu beraktivitas seperti biasanya, tapi agak mengurangi aktivitasnya karena pasien merasakan nyeri saat berjalan.
g.  Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Pasien kurang tahu kondisi penyakitnya saat ini tetapi akan berusaha menerima segala kondisinya saat ini. Pasien tidak merasa malu dan rendah diri dengan kondisinya saat ini.
h. Pola Peran Dan Hubungan
Pasien tidak mengalami masalah dalam hubungan sosialnya. Pasien merupakan ibu rumah tangga.
i. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah dan mempunyai seorang anak. Selama sakit pola seksualitas terganggu.
j. Pola Koping dan Toleransi Stress
Pasien merasa yakin bahwa suatu saat penyakitnya akan sembuh, tetapi harus memerlukan suatu usaha dan tak lupa untuk terus berdoa.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan/ Agama
Pasien masih menjalankan ibadah rutin.
7.  Intervensi keperawatan.
a. Nyeri akut b.d agent cedera biologis
1) Kriteria Hasil:
-Klien mengungkapkan nyeri hilang / berkurang.
-Menunjukkan mekanisme koping spesifik untuk nyeri dan metode untuk mengontrol nyeri secara benar .
-Klien menyampaikan bahwa orang lain memvalidasi adanya nyeri.
2) Rencana keperawatan:
-Kaji kembali faktor yang menurunkan toleransi nyeri. 
-Kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan pengalaman nyeri.
-Sampaikan pada klien penerimaan perawat tentang responsnya terhadapnyeri; akui adanya nyeri, dengarkan dan perhatikan klien saatmengungkapkan nyerinya bertujuan untuk lebih memahaminya.
-Kaji adanya kesalahan konsep pada keluarga tentang nyeri atautindakannya.
-Beri informasi atau penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebabrasa nyeri.
-Diskusikan dengan klien tentang penggunaan terapi distraksi, relaksasi,imajinasi dan ajarkan tehnik / metode yang dipilih.
-Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien
-Kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian analgesik
-Pantau TTV
-Kaji kembali respons klien terhadap tindakan penurunan rasa nyeri.
b. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
1) Kriteria Hasil
-Suhu tubuh dalam rentang normal
-Nadi dan RR dalam rentang normal
2) Rencana keperawatan
-Monitor suhu sesering mungkin
-Monitor warna dan suhu kulit
-Monitor nadi dan RR
-Monitor penurunan tingkat kesadaran
-tingkatkan sirkulasi udara
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan agen biologis
1) Kriteria hasil
- Perasaan fisik dan psikologis yang nyaman
- Banyaknya nyeri yang dilaporkan
- Jumlah jam tidur tidak terganggu
- Tidak ada masalah dengan pola dan kualitas istirahat
- Perasaan segar setelah tidur atau istirahat.
d. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
1) Kriteria hasil
- Pemulihan seksual: menunjukkan pemulihan seksual
- Pengendalian penyakit menular sek (PMS)
- Mengungkapkan kenyamanan seksual.
2) Rencana keperawatan
- Pantau disfungsi seksual(peningkatan kualitas keintiman)
- Konseling seksual
- berikan informasi untuk meningkatkan fungsi seksual
- diskusikan efek penyakit terhadap seksualitas


 BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Herpes genital merupakan penyakit infeksi akut pada genital dengan gambaran khas berupa vesikel berkelompok pada dasar eritematosa, dan cenderung bersifat rekuren. Umumnya disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe 2 (HSV-2), tetapi sebagian kecil dapat pula oleh tipe 1. Perjalanan Penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan. Umumnya kelainan klinis/keluhan utama adalah timbulnya sekumpulan vesikel pada kulit atau mukosa dengan rasa terbakar dan gatal pada tempat lesi, kadang-kadang disertai gejala konstitusi seperti malaise, demam, dan nyeri otot. Diagnosis herpes genital secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisisk jika gejalanya khas dan pemeriksaan laboratorium. Pengobatan dari herpes genital secara umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani herpes genital adalah asiklovir, valasiklovir, famsiklovir. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa.
B. Saran
Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan dengan cara pola hidup sehat, dan segeralah periksa jika ada tanda-tanda yang mengarah pada penyakit herpes genitalis.



DAFTAR PUSTAKA

FKUI. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius.
Rassner. (1995). Buku Ajar Dan Atlas Dermatologi. Jakarta. EGC.
Wikipedia, (2010). Herpes Zoster. Http://id.wikipedia.com.
Harahap, Marwali. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta.
Djuanda, Adhi. (1999) Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI. Jakarta
Smeitzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth. EGC. Jakarta
Herdman. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikas 2012-2014. Jakarta Anonim. (2007). http://id.wikipedia.org. Virus Herpes Simpleks diakses tanggal 19 Desember 2012.
Anonim, 2007. http://medlinux.blogspot.com. Herpes Simpleks. diakses tanggal 19 Desember 2012.
Anonim. (2008), Penggunaan Tablet Acylovir pada Infeksi Herpes Simpleks.
Wilkinson. (2007). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 7. 2007. Perpustakaan nasional.
http://whidipurnomo.blogspot.com/2013/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html

No comments:

Post a Comment