BAB I
PENDAHULUAN
Ibu hamil
harus mendapatkan cukup nutrisi dan selalu dalam keadaan yang sehat agar bisa
menghasilkan keturunan yang baik. Namun jika ibu sampai terkena penyakit maka
akan sangat berbahaya bagi perkembangan janin sehingga generasi yang dihasilkan
menjadi tidak baik. Salah satunya ibu harus terhindar dari TORCH, yaitu infeksi
yang terdiri dari toksoplasmosis, rubella, CMV, dan Herpes. Dan yang akan
dibahas kali ini adalah mengenai Herpes, terutama herpes genital. Herpes
genitalis adalah infeksi virus yang menyebabkan lesi (lepuh) pada serviks,
vagina, dan genetalia eksterna. (Brunner & Suddarth, 2002: 1543)
Herpes
genital termasuk penyakit menular seksual yang ditakuti oleh setiap orang.
Torres melaporkan bahwa HSV-II telah menginfeksi lebih dari 40% penduduk
dunia. Syahputra, dkk, di Amerika, Inggris, dan Australia ditemukan kurang
lebih 50% wanita dengan HSV-II positif. Di Eropa, HSV-II berkisar antara 7-16%,
Afrika 30-40%, oleh karena itu dikatakan bahwa saat ini herpes genitalis sudah
merupakan endemik di banyak negara. Di Indonesia sampai saat ini belum ada
angka yang pasti, dari 13 rumah sakit, disebutkan bahwa herpes genitalis
merupakan penyakit menular seksual dengan gejala ulkus genital adalah kasus
yang sering dijumpai. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah
seseorang dengan perilaku yang tidak sehat.
Lesi
genitalia pada herpes genitalis terasa sangat nyeri pada penderita dengan
gangguan sistem imunologi. Serangan herpes genitalis sering menyebabkan stres
pada penderita yang menyadari bila dia terkena infeksi herpes genitalis. Herpes
genitalis pada kehamilan dapat menimbulkan kelainan atau kematian janin,
terutama bila terjadi infeksi primer saat kehamilan. Kelainan yang timbul pada
bayi dapat berupa ensefalitis, keratokonjungtivitis, atau hepatitis; dapat pula
timbul lesi pada kulit. Bila transmisi terjadi pada trisemester I cenderung
terjadi abortus, sedangkan bila terjadi pada trisemester II, terjadi prematuritas.
Selain itu dapat terjadi transmisi pada saat intrapartum. Herpes genitalis
berperan dalam penyebaran HIV, virus penyebab AIDS. Herpes genitalis
menyebabkan seseorang menjadi rentan terhadap serngan infeksi HIV dan membuat
individu yang terinfeksi dengan HIV menjadi sangat infeksius.
Untuk
mengatasi peningkatan prevalensi penderita herpes genetalis diperlukan adanya
pendidikan terhadap pasien tentang bahaya PMS dan komplikasinya, pentingnya
mematuhi pengobatan yang diberikan, cara penularan PMS dan perlunya pengobatan
untuk pasangan seks tetapnya, dan cara-cara menghindari infeksi PMS di masa
dating. Selain itu untuk wanita hamil dengan infeksi herpes genitalis harus
melaksanakan kultur virus tiap minggu dari serviks dan genitalia eksterna sebagai
jalan lahir. Persalinan secara sectio caesaria direkomendasikan untuk
mencegah infeksi bayi baru lahir.
Herpes
genitalis merupakan salah satu penyakit menular seksual yang masih sering di
jumpai di Indonesia. Setiap orang dewasa mempunyai kesempatan untuk terjangkit
penyakit ini dan penularannya pun sangat mudah, yaitu kontak langsung atau
melalui hubungan seksual, maka dari itu penulis tertarik untuk menulis tentang
penatalaksaan herpes genitalis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Contoh
Kasus
Ny. A umur
26 tahun, beralamatkan di Jl. Mangga Sleman Jogjakarta. Pada tanggal 5 Oktober
pasien datang kerumah sakit dengan diantar oleh suaminya. Ny. A mengeluh adanya
rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang bergerombol dan dikelilingi oleh daerah
kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah kemaluannya. Sebelumnya
Ny. A mengalami gatal-gatal selama 4 hari. Ny. A mengeluh nyeri di daerah
kemaluannya apalagi saat BAK. Ibu mengatakan pekerjaanya hanya di rumah
mengurus rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai supir dan jarang di rumah.
Dari hasil observasi keadaan umum ibu lemas, kesadaran Compos Mentis, status
emosional stabil, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 74 kali/menit, pernafasan 23
kali/menit, suhu 38,5 0 C, terdapat vesikel yang multipel di daerah
vulva. Leukosit < 4000/mmk
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Identitas
Nama
: Ny. A
Usia
: 26 tahun
Jenis Kelamin :
Perempuan
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Hindu
Pekerjaan
: Ibu
Rumah Tangga
Alamat
: Jl. Mangga Sleman Jogjakarta
Tanggal MRS : 5
Oktober 2011
Diagnosa Medis : Herpes Genetalia
Keluhan Utama : Gatal dan nyeri pada
kemaluan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. A mengeluh adanya rasa tidak nyaman dan adanya
lepuhan yang bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk
sebuah gelembung cair pada daerah kemaluannya. Sebelumnya Ny. A mengalami
gatal-gatal selama 4 hari. Ny. A mengeluh nyeri di daerah kemaluannya apalagi
saat BAK.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit
seperti ini, pasien juga tidak memiliki alergi. Jika merasa gatal biasanya
diolesi minyak kayu putih bisa hilang dengan sendirinya.
4. Riwayat
Penyakit Keluarga
Suami pernah terkena herpes simpleks sebelumnya, tapi
herpes menyerang daerah bibir dan sekitarnya. Dua minggu yang lalu penyakitnya
kambuh tapi sekarang sudah sembuh.
5. Pemeriksaan
Fisik
a. Pemeriksaan
TTV
Tekanan Darah : 110/80 mmHg,
Nadi : 74 kali/menit,
RR : 23 kali/menit,
Suhu : 38,3 0 C
b. Pemeriksaan B1 – B6
1) B1 ( Breathing )
Paru – paru
Ø Inspeksi
: Simetris, statis, dinamis
Ø Palpasi : Sterm fremitus kanan = kiri
Ø Perkusi
: Sonor seluruh lapang paru
Ø Auskultasi
: Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - )
2) B2 ( Blood )
Jantung
Ø Inspeksi
: Simetris, statis, dinamis
Ø Palpasi
: Teraba normal
Ø Perkusi
: Konfigurasi jantung dalam batas normal
Ø Auskultasi
: Normal (S1 S2 tunggal)
3) B3 (
Brain )
Kesadaran composmentis (GCS : 4-5-6)
4) B4 (
Bladder )
Disuria, BAK 5x sehari, adanya lepuhan yang
bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung
cair pada daerah kemaluan.
5) B5 (
Bowel )
Nafsu makan agak menurun, tetapi
porsi makanan tetap habis.
Ø Inspeksi
: Datar
Ø Palpasi
: Supel, tidak ada massa
Ø Perkusi
: Timpani
Ø Auskultasi
: Bising usus ( + )
6) B6 ( Bone
)
Tidak ditemukan lesi atau odem pada ekstrimitas atas
maupun bawah. Kulit lembab, bersih, turgor baik, tidak terdapat pitting edema,
warna kulit sawo matang, tidak ada hiperpigmentasi.
6. Pola
Aktivitas Sehari-hari
a. Pola
Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka
segera dibawa tempat pelayanan kesehatan terdekat baik itu poliklinik maupun
dokter.
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit pasien makan dengan
porsi sedang 3 x sehari ditambah makanan ringan serta minum 4 gelas/ hari. Namun
saat sakit nafsu makan pasien berkurang, tetapi tidak sampai kehilangan nafsu
makan. Di rumah sakit pasien masih dapat menghabiskan porsi makannya.
c. Pola
Eliminasi
Untuk BAK pasien mengalami gangguan
selama sakitnya, walaupun pasien tetap kencing dengan frekuensi seperti
biasanya, tetapi pasien merasa nyeri saat berkemih.
d. Pola
Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit pasien tidak ada
keluhan dengan kebiasaan tidurnya yaitu 6- 8 jam/ hari. Ketika sakit pasien
kadang mengeluh kesulitan untuk tidur karena merasakan nyeri dan gatal pada
daerah genetalia.
e. Pola Persepsi Dan Kognitif
Pasien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu.
Semua alat indera pasien masih berfungsi dalam batas normal.
f. Pola Aktivitas
Pasien mampu beraktivitas seperti biasanya,
tapi agak mengurangi aktivitasnya karena pasien merasakan nyeri saat berjalan.
g. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Pasien kurang tahu kondisi
penyakitnya saat ini tetapi akan berusaha menerima segala kondisinya saat ini.
Pasien tidak merasa malu dan rendah diri dengan kondisinya saat ini.
h. Pola
Peran Dan Hubungan
Pasien tidak mengalami masalah dalam
hubungan sosialnya. Pasien merupakan ibu rumah tangga.
i. Pola
Seksualitas dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah dan
mempunyai seorang anak. Selama sakit pola seksualitas terganggu.
j. Pola
Koping dan Toleransi Stress
Pasien merasa yakin bahwa suatu saat
penyakitnya akan sembuh, tetapi harus memerlukan suatu usaha dan tak lupa untuk
terus berdoa.
k. Pola
Nilai dan Kepercayaan/ Agama
Pasien masih menjalankan ibadah rutin.
7. Intervensi
keperawatan.
a. Nyeri
akut b.d agent cedera biologis
1) Kriteria Hasil:
-Klien mengungkapkan nyeri hilang / berkurang.
-Menunjukkan
mekanisme koping spesifik untuk nyeri dan metode untuk mengontrol nyeri
secara benar .
-Klien menyampaikan bahwa orang lain
memvalidasi adanya nyeri.
2) Rencana keperawatan:
-Kaji kembali faktor yang menurunkan
toleransi nyeri.
-Kurangi atau hilangkan faktor yang
meningkatkan pengalaman nyeri.
-Sampaikan pada klien penerimaan
perawat tentang responsnya terhadapnyeri; akui adanya nyeri, dengarkan dan
perhatikan klien saatmengungkapkan nyerinya bertujuan untuk lebih memahaminya.
-Kaji adanya kesalahan konsep pada
keluarga tentang nyeri atautindakannya.
-Beri
informasi atau penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebabrasa nyeri.
-Diskusikan
dengan klien tentang penggunaan terapi distraksi, relaksasi,imajinasi dan
ajarkan tehnik / metode yang dipilih.
-Jaga kebersihan dan kenyamanan
lingkungan sekitar klien
-Kolaborasikan dengan tim medis untuk
pemberian analgesik
-Pantau TTV
-Kaji kembali respons klien terhadap
tindakan penurunan rasa nyeri.
b.
Hipertermi berhubungan dengan penyakit
1)
Kriteria Hasil
-Suhu
tubuh dalam rentang normal
-Nadi
dan RR dalam rentang normal
2)
Rencana keperawatan
-Monitor
suhu sesering mungkin
-Monitor
warna dan suhu kulit
-Monitor
nadi dan RR
-Monitor
penurunan tingkat kesadaran
-tingkatkan
sirkulasi udara
c.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan agen biologis
1)
Kriteria hasil
-
Perasaan fisik dan psikologis yang nyaman
-
Banyaknya nyeri yang dilaporkan
-
Jumlah jam tidur tidak terganggu
-
Tidak ada masalah dengan pola dan kualitas istirahat
-
Perasaan segar setelah tidur atau istirahat.
d.
Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
1)
Kriteria hasil
-
Pemulihan seksual: menunjukkan pemulihan seksual
-
Pengendalian penyakit menular sek (PMS)
-
Mengungkapkan kenyamanan seksual.
2)
Rencana keperawatan
-
Pantau disfungsi seksual(peningkatan kualitas keintiman)
-
Konseling seksual
-
berikan informasi untuk meningkatkan fungsi seksual
-
diskusikan efek penyakit terhadap seksualitas
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Herpes
genital merupakan penyakit infeksi akut pada genital dengan gambaran khas
berupa vesikel berkelompok pada dasar eritematosa, dan cenderung bersifat
rekuren. Umumnya disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe 2 (HSV-2), tetapi
sebagian kecil dapat pula oleh tipe 1. Perjalanan Penyakit termasuk keluhan
utama dan keluhan tambahan. Umumnya kelainan klinis/keluhan utama adalah
timbulnya sekumpulan vesikel pada kulit atau mukosa dengan rasa terbakar dan
gatal pada tempat lesi, kadang-kadang disertai gejala konstitusi seperti
malaise, demam, dan nyeri otot. Diagnosis herpes genital secara klinis
ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar
eritem dan bersifat rekuren. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa,
pemeriksaan fisisk jika gejalanya khas dan pemeriksaan laboratorium. Pengobatan
dari herpes genital secara umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal,
menghindari trauma atau faktor pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani
herpes genital adalah asiklovir, valasiklovir, famsiklovir. Prognosis akan
lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa.
B. Saran
Lebih baik
mencegah dari pada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan dengan cara
pola hidup sehat, dan segeralah periksa jika ada tanda-tanda yang mengarah pada
penyakit herpes genitalis.
DAFTAR PUSTAKA
FKUI. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2.
Jakarta. Media Aesculapius.
Rassner. (1995). Buku Ajar Dan Atlas Dermatologi.
Jakarta. EGC.
Wikipedia, (2010). Herpes Zoster. Http://id.wikipedia.com.
Harahap, Marwali. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates.
Jakarta.
Djuanda, Adhi. (1999) Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI.
Jakarta
Smeitzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner
& Suddarth. EGC. Jakarta
Herdman. (2012). Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikas 2012-2014. Jakarta Anonim. (2007). http://id.wikipedia.org. Virus Herpes
Simpleks diakses tanggal 19 Desember 2012.
Anonim, 2007. http://medlinux.blogspot.com.
Herpes Simpleks. diakses tanggal 19 Desember 2012.
Anonim. (2008), Penggunaan Tablet
Acylovir pada Infeksi Herpes Simpleks.