MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ners Stase KMB
Dosen Pembimbing Akademik : Rika Monika, S.
Kep., Ns.
Disusun oleh :
Whidi Purnomo 13310009
Program Profesi Ners STIKES Yogyakarta
Yogyakarta
2013/ 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini umumnya
masih banyak gaya hidup masyarakat yang masih belum memahami tentang pentingnya
kesehatan. Mereka pada umumnya mengkonsumsi segala jenis makanan, seperti :
makanan tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi dengan olahraga atau
aktifitas fisik untuk membakar lemak dan gaya hidup yang salah, seperti :
kebiasaan merokok dan minum-minuman keras ataupun mengkonsumsi narkoba yang
kesemuanya itu dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Diantara masalah kesehatan tersebut akan
mengakibatkan timbulnya penyakit Reumatik, Diabetes Mellitus, Jantung, Ginjal
dan sebagainya. Dari berbagai penyakit diatas diantaranya adalah Diabetes
Mellitus. Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer C,
Suzanne, 2001).
Diabetes Mellitus mempunyai dua tipe yang
pertama Diabetes Mellitus tipe I (IDDM) yaitu diabetes mellitus yang tergantung
insulin dan yang kedua Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) yaitu diabetes
mellitus yang tidak tergantung insulin. Diabetes mellitus tipe I biasanya
terjadi pada usia kurang dari 30 tahun dengan persentase 5% - 10% dari seluruh
penderita diabetes mellitus. Sedangkan pada kasus diabetes mellitus tipe II
sering ditemukan pada usia lebih dari 30 tahun dengan persentase 90% - 95%
seluruh penderita diabetes mellitus, obesitas 80% dan non obesitas 20%
(Smeltzer C. Suzanne, 2001). Menurut riset, penderita diabetes mellitus di
Indonesia mencapai 12 juta jiwa atau 5% dari seluruh penduduk. Sekitar 30% dari
penderita mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati dan 10% harus
menjalani amputasi.
Menurut data WHO, Indonesia menempati
urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada
tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang
mengidap diabetes.Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes
di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50% yang sadar
mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30% yang datang berobat teratur.
Penyakit diabetes mellitus memerlukan
penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk mencegah komplikasi akut seperti
ketoasidosis dan sindromkoma hiperglikemik hiperosmolar non ketotik yang dapat
menyebabkan koma. Kematian dan juga dapat menimbulkan komplikasi jangka
panjang, seperti penyakit makrovaskuler, penyakit mikrovaskuler dan penyakit
oftamologi lainnya. Penyakit Diabetes mellitus perlu mendapat perhatian dan
penanganan yang baik oleh perawat. Secara Promotif seperti
memberikan penyuluhan kesehatan tentang Diabetes Mellitus, kemudian
dengan preventif yaitu dengan cara menerapkan gaya
hidup sehat seperti rutin berolahraga dan tidak merokok. Selain itu perawat
juga berperan secara kuratif dan rehabilitatif seperti pengontrolan kadar gula darah,
melakukan perawatan luka dan mengatur diet makanan yang harus dimakan sehingga
tidak terjadi peningkatan kadar gula darah.
B. Tujuan
Tujuan umum :
Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan pada
klien dengan penyakit Diabetes mellitus.
Tujuan khusus:
1. Mengetahui
definisi penyakit Diabetes mellitus.
2. Mengetahui
etiologi penyakit Diabetes mellitus.
3. Mengetahui
tanda dan gejalah penyakit Diabetes mellitus.
4. Mengetahui
pemeriksaan penunjang penyakit Diabetes mellitus.
5. Dapat
melakukan asuhan keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada
penyakit Diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.Definsi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes
Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes
mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes
mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus
yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus
gestasional (GDM)
C.
Etiologi
Faktor penyebab terjadinya Diabetes Mellitus
(Sjaifoellah, 1996 : 692) yaitu :
1. Faktor keturunan
Karena adanya
kelainan fungsi atau jumlah sel–sel betha pancreas yang bersifat genetic dan
diturunkan secara autosom dominant sehingga mempengaruhi sel betha serta
mengubah kemampuannya dalam mengenali dan menyebarkan rangsang yang merupakan
bagian dari sintesis insulin.
2. Fungsi sel pancreas dan sekresi insulin berkurang
Jumlah glukosa
yang diambul dan dilepaskan oleh hati dan yang digunakan oleh jaringan perifer
tergantung keseimbangan fisiologis beberapa hormon. Hormon yang menurunkan
glukosa darah yaitu insulin yang dibentuk sel betha pulau pancreas.
3. Kegemukan atau obesitas
Terjadi karena
hipertrofi sel betha pancreas dan hiperinsulinemia dan intoleransi glukosa
kemudian berakhir dengan kegemukan dengan diabetes mellitus dan insulin
insufisiensi relative.
4. Perubahan pada usia lanjut berkaitan dengan resistensi
insulin
Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan
insulin terutama pada post reseptor.
D.
Manifestasi klinis
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus
sebagai berikut:
Pada tahap awal sering ditemukan :
Pada tahap awal sering ditemukan :
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah
meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi
osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan
kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih
banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel
mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan
berada sampai pada pembuluh darah.
4. Berat badan menurun,
lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah
dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian
tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar,
maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk
yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak
makan akan tetap kurus.
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi
(glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin.
Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak.
E.
Patofisiologi
Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan
glukosa/produksi glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen
dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemia (kadar
glukosa darah > 110 mg/dl). Pada pasien DM, kadar glukosa dalam darah
meningkat/tidak terkontrol, akibat rendahnya produk insulin/tubuh tidak dapat
menggunakannya, sebagai sel-sel akan starvasi. Bila kadar meningkat akan
dibuang melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresi sehingga pasien banyak
minum (polidipsi). Glukosa
terbuang melalui urin maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan
meningkat (poliphagi). Akibat sel-sel starvasi karena glukosa tidak dapat
melewati membran sel, maka pasien akan cepat lelah.
F. Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi yaitu:
1. Gagal ginjal
2. Hiperglikemia
3. Hipertensi
4. Ketoasidosis
5. Sindrom hiperglikemia
6. Amputasi
1. Gagal ginjal
2. Hiperglikemia
3. Hipertensi
4. Ketoasidosis
5. Sindrom hiperglikemia
6. Amputasi
G. Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan yang
dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara lain:
1. Pemeriksaan gula darah
Orang dengan
metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar gula darah antara 70-110
mg/dl (engliglikemi) dalam kondisi asupan makanan yang berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan sesudah makan serta pada
waktu tidur.
2. Pemeriksaan dengan Hb
Dilakukan untuk
pengontrolan DM jangka lama yang merupakan Hb minor sebagai hasil dari
glikolisis normal.
3. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan
urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah untuk memantau kadar
glukosa darah pada periode waktu diantara pemeriksaan darah.
H.
Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap
tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
I.
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubunugan dengan outpu yang berlebih.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah.
4. Resiko tinggi terhadap persepsi sensori
berhubungan dengan perubahan kimia endogen.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan
produksi energi metabolik.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan
penyakit progresif yang tidak dapat diobati
7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
J. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output yang berlebih
Tujuan: Masalah
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh dapat
teratasi.
Kriteria
Hasil:
a. Tanda-tanda vital normal.
b. Turgorkulit elastis.
c. Kapilerirevil kurang dari tiga detik.
d. Membran mukosa lembab.
e. Haluan urin tepat secara indivudu.
f. Kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi
keperawatan :
a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya
perubahan TD.
Rasional:
hipovolemi dapat di manifestasikan oleh hipotensi dan takikardi.
b. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, tugor
kulit, dan membran mukosa
Rasional:
merupakan indikator dari tingkat dehidraasi, atau volume sirkulasi yang
adekuat.
c. Pantau masukan daan pengeluaran, catat berat
jenis urin
Rasional:
memberikan perkiraan akan cairan pengganti fungsi ginjal dan keefektifan terapi
yang diberikan.
d. Pertahankan untuk memberikan cairan paling
sedikit 2500 ml/hari
Rasional:
mempertahankan hidrasi/ volume cairan.
e. Berikan terapi cairan selama dengan
indikasi, seperti normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa
dextrosa.
Rasional:
tipe dan jumlah dari cairan terganung pada derajat kekurangan cairan dan respon
pasien secara individu
f. Berikan belum atau elektrolit lain melalui
IV atau melalui oral sesuai indikasi
Rasional:
Untuk mencegah hipokolemia.
2. Perubahhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin.
Tujuan: Maslah
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kriteria
Hasil:
a. Berat badab stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya.
b. Mual dan muntah hilang.
c. Bafsu makan bertambah.
d. Hasil laboratorium menunjukan keadaan normal.
Intervensi
keperawatan:
a. Timbang BB setiap hari atau sesuai
dengan indikasi
Rasional: mengkaji pemasukan makanan yang
adekuat.
b. Auskultasi bising usus
Rasional: hiperglikemi dan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit akan menurunkan fungsi lambung.
c. Berikan makanan cairan yang mengandung zat makanan
(nutrien) dan elektrolit
Rasional: pemberian makanan melalui oral lebih
baik jika pasien sadar dengan fungsi gastrointestinal baik.
d. Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa
darah, aseton, PH, dan HCO3
Rasional:
gula darah akan menurunkan perlahan dengan penggantian cairan dan terapi
insulin terkontrol.
e. Lakukan konsul dengan ahli diet
Rasional:
sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien.
3. Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa dalam
darah.
Tujuan: Masalah
resiko terhadap infeksi tidak terjadi
Kriteria
Hasil:
a. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
b. Personaal higien yang baik.
c. Perubahan gaya hidup untuk mencegah
infeksi.
Intervensi
keperawatan:
a. Observasi tanda-tanda inveksi dan
peradangan
Rasional:
pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan
ketoaasidosis atau dapat mengalami inveksi nosokomial.
b. Pertahankan tekhnik aseptik pada prosedur
invasif
Rasional:
kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
c. Berikan perawatan kulit dengan teratur
Rasional:
Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan
resiko terjadinya kerusakan pada kulit
d. Bantu pasien untuk melakukan higiene oral
Rasional:
menurunkan terjadinya penyakit mulut/gusi.
e. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifas
sesuai dengan indikasi
Rasional:
untuk mengidentifikasi mikroorganisme sehingga dapat menentukan pemberian trapi
antibiotik yang terbaik.
f. Berikan antibiotik yang sesuai
Rasional:
Pnanganan awal dapat membantu mencegah tumbuhnya spesipi.
4. Resiko
tinggi terhadap persepsi sensori berhubungan dengan perubahan kimia endogen.
Tujuan: Tidak terjadi ganguan persepsi sensori.
Kriteria Hasil:
a. Mengeneli keterbatasan
diri
b. Orientasi baik
c. Mampu mengidentifikasi sensori yang datang
Intervensi keperawatan:
a. Pantau tandan-tanda vital dan status
mental.
Rasional: Suhu yang meningkat mempengaruhi
fungsi mental.
b. Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak
menggangu istirahat klien.
Rasional: Meningkatkan tidur, menurunkan rasa
letih, dandapat memperbaiki daya pikir.
c. Pelihara aktivitas rutin klien sekonsisten
mungkin, dorong klien untuk melakukan kegiatan sehari-hi=ari sesuai
kemampuannya.
Rasional: Mambantu klien untuk mempertahankan
orientasi pada lingkungannya.
d. Berikan tempat tidur yang lembut.
Rasional: Meningkatkan raasa nyaman dan
menurunkan kemungkinan kerusakan kulit karena rasa panas.
e. Bantu klien dalam ambulasi atau perubahan
posisi.
Rasional: Meningkatkan keamanan klien ketika
rasa keseimbangan di pengaruhi.
f. Berikan pengobatan sesuai dengan obat yang
ditetukan untuk mengatasi DKA sesuai inddikasi.
Rasional: Gangguan dalam prosespikir terhaadap
aktifitas kejang biasanya hilang bila keadaan hiper osmolaritas.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan
produksi energi metabolik
Tujuan: Masalah
intoleransi aktifitas dapat teratasi
Kriteria
Hasil:
a. Mengungkapkan adanya peningkatan energi.
b. Menunjukan perbaikan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan.
Intervensi
keperawatan:
a. Diskusikan dengan klien kebuthan atas
aktivitas.
Rasional: Pendidikan dapat memberikan motivasi
untuk meningkatkan motivasi, mekipun pasien mungkin masih lemah.
b. Berikan aktivitas altrrnatif dengan periode
istirahat yang cukup.
Rasional: Mencegah kelelahan yang berlebihan.
c. Pantaunadi, frekuensi pernafasan dan
tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional: Mengindikasikan tingkat aktivitas yang
dapat di toleransi secara fisiologis.
d. Diskusikan cara manghemat kalori selama
berpindah tampat.
Rasional: Klien akan dapat melakukan lebih banyak
kegiatan.
e. Tingkatkan partisipasi pasien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat di toleransi.
Rasional: Meningkatkan kepercayaan diri/harga
diri yang fositif yang sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleraansi pasien.
6. Ketidakberdayaan
berhubungan dengan penyakit progresif yang tidk dapat diobati.
Tujuan: Mampu
mengidentifikasikan cara-cara sehat untuk menghadapi perasan.
Kriteria
Hasil:
a. Dapat mengekspresikan perasaan sebenarnya.
b. Mampu mengontrol emosi.
c. Ikut berpartisipasi dalam proses
keperawatan untuk pembuatan keputusan.
Intervensi
keperawatan:
a. Anjurkan kilen untuk mangekspresikan
perasannya.
Rasional: Mempermudah
dalam memecahkan masalah klien.
b. Akui normalitas dari klien.
Rasional: Pengenalan
bahwa reaksi normal dapat membantu klien untuk memecahkan masalah dan mencapai
bantuan sesuai kebutuhan.
c. Kaji bagaimana klien telah menangani
masalahnya dimasa lalu.
Rasional: Mengtahui
gaya hidup membanyu untuk menentukan kebutuhan kilen.
d. Anjurkan klien dalam membuat keputusan
sehubung dengan perawatannya.
Rasional: Mengkomunikasikan
pada klien bahwa pengendalian dapat dilatih pada saat perawatan dilakukan.
e. Berikan dukungan pada klien untuk ikut
berperanserta dalamperwatan diri sendiri.
Rasional: Meningkatkan
perasaan kontrol terhadap situsi.
7. Kurang
pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
Tujuan: Masalah kurangnya pengetahuan dapat
teratasi
Kriteria Hasil:
a. Menyatakan pemahaman tentang penyakit.
b. Mampu mengidentifikasi tanda dan gejala
dengan proses penyakit.
c. Mampu meakukan prosedur keperawatan dengan
benar.
d. Mempu melakukan perubahan gaya hidup.
Intervensi keperawatan:
a. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan
mendengarkan penuh perhatian dan sesalalu ada buat pasien
Rasional:
menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil
bagian proses belajar.
b. Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan
belajar yang diharapkan
Raional:
partisipasi dengan perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama pasien
dengan prinsip-prinsip yang di pelajari.
c. Pilih berbagai strategi belajar seperti teknik
demonstrasi
Rasional:
penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi meningkatkan
penyerapan pada indifidu yang belajar.
d. Diskusikan topik-topik utama, seperti
apakah kedar glukosa normal itu dan bagaimana hal tersebu dibandingkan dengan
kadar gula darah pasien, tipe DM yang di alami pasien .
Rasional:
memberikan pengatahuan dasar di mana pasien dapat membuat pertimbangan dalam
memilih gaya hidup.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
IDENTITAS
KLIEN
Nama
Umur
No. Reg
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Tanggal masuk RS
Dx. Medis
|
:
Ny. S
: 38 Tahun : 523893 : Sanden, Martigading, Bantul : SMP : Pedagang : 10 Februari 2014 : DM |
KELUHAN
UTAMA
Mual, pusing, lemes, mata kabur, kaki
senut-senut, perut terasa panas.
RIWAYAT
PENYAKIT SEKARANG
Klien masuk dengan keluhan ada benjolan
di paha bagian kanan, panas dingin dan pandangan kabur.
RIWAYAT
KESEHATAN DAHULU
Tidak memiliki riwayat DM
RIWAYAT
KESEHATAN KELUARGA
Ayah menderita DM
POLA
KESAHATAN SEHARI-HARI
Pola-pola
|
Sebelum sakit
|
Saat sakit
|
A. Nutrisi
B. Eliminasi
C. Istirahat
D. Personal Hygiene
E. Aktivitas
|
2x 1 Porsi Penuh
Bak 6-8x/Hari
Bab 1x/Hari
6-8 Jam
Mandiri
Mandiri
|
Diet Rs 3x1 Porsi Penuh
Bak 6-8x/Hari
Bab 1x/Hari
±2 Jam/Hari
Dibantu
Dibantu
|
PEMERIKSAAN
FISIK
Keadaan Umum Pasien : Lemah
Kesadaran : CM
GCS : 15= E:4, V:5, M:6
PEMERIKSAAN KEPALA DAN MUKA
-Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
perlukaan, tidak ada lesi.
PEMERIKSAAN TELINGA
-Simetris, bersih, tidak ada gangguan
pendengaran.
PEMERIKSAAN MATA
-Simetris, pupil isokor, konjungtiva dan
sklera normal.
PEMERIKSAAN MULUT DAN FARING
-Gigi normal tidak ada caries dentis.
PEMERIKSAAN LEHER
-Normal, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada kaku kuduk, tidak ada
Hematom, tidak ada Lesi.
PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK
- Simetris kiri dan kanan.
PEMERIKSAAN THORAX
- Pemeriksaan Paru: Simetris, suara
vesikuler, perkusi: sonor.
-
Pemeriksaan Jantung: Inspeksi :Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus
cordis teraba di midklavikula intercosta 5
Perkusi : Batas jantung tidak terkaji
Auskultasi : Bunyi jantung I (SI):+
Bunyi jantung II (SII) :+
Bunyi jantung III (SIII): Tidak
ada
PEMERIKSAAN ABDOMEN
-Inspeksi: Simetris, tidak ada ascites.
-Auskultasi: Peristaltik : 13 x/mnt.
-Palpasi: Normal, tidak ada hepatomegali, tidak
ada tumor.
-Perkusi: Timpani.
PEMERIKSAAN INTEGUMEN
-Kulit kering, warna sawo matang.
PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK (EKSTREMITAS)
-Terdapat abses pada paha sebelah kanan.
PEMERIKSAAN GENITALIAN DAN SEKITAR ANUS
-Klien mengatakan tidak ada hemoroid.
PEMERIKSAAN STATUS NEUROLOGIS
-Tidak ada gangguan neurologis
RIWAYAT
PSIKOSOSIAL
PERSEPSI DAN HARAPAN KLIEN TERHADAP
MASALAHNYA
-Pasien mengatakan ingin segera sembuh
dari penyakitnya
PERSEPSI DAN HARAPAN KELUARGA TEHADAP
MASALAH KLIEN
-Keluarga berharap pasien bisa sembuh
dan dapat melakukan aktivitas seperti biasanya.
POLA INTERAKSI DAN KOMUNIKASI
-Komunikasi nyambung dan lancar.
POLA NILAI DAN KEPECAYAAN
-Klien selalu menjalankan ibadahnya (shalat 5 waktu)
sebagai umat muslim,namun setelah sakit klien tetap menjalankan ibadah tetapi di atas tempat tidur.
PENGKAJIAN KONSEP DIRI
-Tidak mengalami gangguan konsep diri.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
GDS : 586 mg/dl
Hb : 13,4 g/dl
Leukosit : 12,03 mg/dl
Eritrosit: 4,57/UL
Trombosit: 536/UL
Eosonofil: 0%
Basofil: 0%
Segmen: 88%
Limfosit: 7%
Monosit: 4%
Ureum: 17mg/dl
Creatin: 0,64mg/dl
Asam urat: 4,78mg/dl
PENETALAKSANAAN
MEDIS
-Ciprofloxacin
-Novorapid 3x10ml
-Rl 20tpm
ANALISA
DATA
No
|
Tanggal
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
2.
|
D.S
: -pasien mengatakan nyeri pada paha kanan.
D.O: -terdapat abses pada paha kanan.
-pasien tampak
meringis menahan sakit.
-skala
nyeri 5.
D.S
: Pasien mengatakan susah tidur karena terlalu banyak orang.
D.O: -Pasien
tampak lemes dan kecapekan.
-Pasien tampak
mengantuk.
|
Agen
Injury
Kurang
privasi
|
Nyeri
Gangguan
pola tidur
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d agen injury.
2. Gangguan pola tidur b.d kurang
privasi.
RENCANA
ASUHAN KEPEAWATAN
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan (NOC)
|
Intervensi
(NIC)
|
1.
2.
|
Nyeri
akut b.d agen injury.
Gangguan
pola tidur b.d kurangnya privasi.
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x8 jam nyeri dapat teratasi
dengan KH:
-pasien
mampu mengontrol nyeri
-pasien
mampu menggunakan teknik non farmakologi.
-melaporkan
nyeri berkurang hingga skala 0-3.
-menyatakn
nyeri berkurang.
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x8 jam gangguan pola tidur
dapat teratasi dengan KH:
-jumlah
jam tidur dbn 6-8 jam/hari.
-kualitas/pola
tidur dbn.
-perasaan
segar setelah tidur.
|
-lakukan
pengkajian nyeri.
-Observasi
respon non verbal.
-kaji
kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
-ajarkan
teknik non farmakologi.
-kolaborasi
pemberian terapi.
-Jelaskan
pentingnya tidur.
-ciptakan
lingkungan yang nyaman.
-Anjurkan
banyak istirahat.
-monitor/catat
kebutuhan tidur pasien setiap hari.
|
CATATAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
No. Dx
|
Tanggal/jam
|
Tindakan
Keperawatan
|
TT
|
1.
2.
1.
2.
1.
|
Rabu
12/02/2014
14.45
15.15
16.00
17.00
14.15
16.30
17.45
18.10
Kamis
13/02/2014
14.30
14.55
15.00
14.35
17.00
17.30
18.10
18.15
Jumat
14/02/2014
20.15
20.20
20.30
21.05
21.10
|
-Menanyakan
keluhan.
-Mengkaji
skala nyeri.
-Menganjurkan
nafas dalam.
-Mengukur
tanda vital.
-Mengobservasi
K.U.
-Mengkaji
jumlah jam tidur.
-Menganjurkan
banyak istirahat.
-Membatasi
jumlah pengunjung
-Menanyakan
keluhan pasien
-Mengkaji
skala nyeri
-Mengobservasi
respon non verbal
-Mengobservasi
K.U pasien
-Mengukur
TTV
-Menanyakan
jumlah jam tidur
-Menganjurkan
banyak istirahat
-Menjelaskan
pentingnya tidur
-Menanyakan
apa yang dirasakan pasien
-Mengkaji
skala nyeri
-Mengukur
tanda vital
-Menganjurkan
nafas dalam
-Melihat
respon non verbal
|
Whidi
Whidi
Whidi
Whidi
Whidi
|
CATATAN
PERKEMBANGAN
No.Dx
|
Tanggal/jam
|
Perkembangan
|
TT
|
1.
2.
1.
2.
1.
|
Rabu
12/02/2014
19.05
19.15
Kamis
3/02/2014
19.00
19.30
Jumat
14/02/2014
06.30
|
S:
klien mengatakan nyeri pada paha kanan.
O:
-skala nyeri 5.
-terdapat
abses dan luka kecil pada paha kanan.
-ekspresi
menahan nyeri.
A:
masalah belum teratasi
P:
lanjutkan intervensi
S:
pasien mengatakan kurang tidur
O:
-pasien tampak lemah dan mengantuk
-TD:120/80
mmHg, N:78x/m
A:
masalah belum teratasi
P:
lanjutkan intervensi
S:
pasien mengatakan nyeri pada paha kanan
O:
-skala nyeri 4
-pasien
tampak meringis
-TD:100/70
mmHg, N:98x/m
A:
masalah belum teratasi
P:
lanjutkan intervensi
S:
pasien mengatakan bisa tidur nyenyak 6-7 jam
O:
pasien tampak segar dan semangat
A:
masalah teratasi
P:-
S:
pasien mengatakan nyeri berkurang
O:
-skala nyeri 3
-TD: 110/70,
N:76x/m
A:
masalah belum teratasi
P:
lanjutkan intervensi
|
Whidi
Whidi
Whidi
Whidi
Whidi
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Diabetes atau yang sering
disebut dengan Diabetes Mellitus merupakan penyakit kelainan metabolisme yang
disebabkan kurangnya produksi insulin,zat yang dihasilkan oleh kelenjar
pankreas.Bisa pula karena adanya gangguan pada fungsi insulin,meskipun
jumlahnya normal.
2. Penyakit Diabetes terdiri atas
dua macam, yaiti Diabetes tipe 1 (IDDM) dan Diebetes tipe 2 (NIDDM).
3. Cara mengontrol gula darah
dalam tubuh ialah dengan cara berolah raga secara teratur, melakukan senam
khusus diabetes, berjalan kaki, bersepeda, berenang, serta diet
dengan cara yang benar.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa STIKES
Yogyakarta hendaknya kita menjaga kesehatan dalam tubuh kita sejak dini, mulai
mengontrol makanan yang tidak baik untuk kesehatan dalam tubuh kita, karena
apabila kita telah menjaga kesehatan sejak dini maka tubuh kita akan selalu
sehat.
2. Bagi Masyarakat hendaknya kita
menjaga lingkungan sekitar kita dan mulai bisa mengontrol makanan yang dapat
membuat kadar gula darah kita naik serta dianjurkan agar kita mengecek kadar
gula darah kita untuk mewaspadainya.
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo
Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.
Dr. Rubby, Billous. 2008.
Bimbingan Dokter pada Diabetes. Dian Rakyat. Jakarta
Marelli
T.M. 2007. Buku Saku Dokumentasi
Keperawatan edisi 3. EGC. Jakarta.
Utami, Prapti. 2009. Solusi
Sehat MengatasiDiabetes. Agromedia Pustaka. Jakarta