BUDHI DHARMA PONGGALAN UMBULHARJO
YOGYAKARTA TAHUN 2012
SKRIPSI
Disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan
Yogyakarta
Disusun
Oleh :
WHIDI
PURNOMO
91100009
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini hipertensi masih merupakan masalah yang cukup
penting dalam pelayanan kesehatan. Hal
ini dikarenakan angka prevalensi hipertensi yang cukup tinggi di Indonesia.
Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang
ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia.
Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) angka kejadian hipertensi didunia cukup tinggi yaitu 10%
dari populasi dunia. Data Hypertansion League Brochure 2009 menyebutkan bahwa
hipertensi diderita lebih dari 1,5 miliar jiwa diseluruh dunia dan garam yang
berlebihan adalah faktor utama dalam meningkatkan tekanan darah.
Menurut AHA ( American Heart Association) di Amerika,
tekanan darah tinggi ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang
dan 28% atau 59 juta orang mengidap prehipertensi. Semua orang yang mengidap
hipertensi hanya satu-pertiga mencapai target darah yang optimal/normal. Sebanyak
satu milyar orang didunia atau satu dari empat orang dewasa menderita penyakit
hipertensi, bahkan di perkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat
menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025 (Wahdah, 2011).
Menurut Constantanides (1994) Usia lanjut atau lanjut usia adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Bandiyah,
2009).
Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia meningkat menjadi
9,99% dari seluruh penduduk indonesia (22.277.700 jiwa) dengan umur harapan
hidup 65-70 tahun dan pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,09% (29.120.000
lebih) dengan umur harapan hidup 70-75 tahun. Penyebab kematian karena penyakit
jantung pembuluh darah (kardiovaskuler) dan tuberkulosa, pada saat ini
menduduki urutan pertama pada kelompok lansia, selanjutnya kanker dan ketiga
stroke (Bandiyah, 2009).
Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 2009 di indonesia
menunjukkan prevalensi tekanan darah tinggi cukup tinggi, yaitu 83 per 1000
anggota rumah tangga sekitar 0,15% dari jumlah tersebut di derita oleh lansia
dan dari data statistik Dinas Kesehatan RI diketahui bahwa prevalensi penderita
hipertensi di indonesia pada tahun 2009 mencapai 0,15% dan prevalensi
hipertensi pada lansia mencapai 0,37 % (Depkes RI, 2010).
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Prevalensi hipertensi saat ini menduduki peringkat atas sebesar 47,7% di
perkotaan, sedangkan di daerah pedesaan mencapai 51,7%). Berdasarkan studi pendahuluan di UPT Panti Wredha Budhi Dharma
Ponggalan Umbulharjo tanggal 11 Desember 2012 di dapatkan jumlah lansia yang
tinggal disana sebanyak 52 orang 19 laki-laki dan 33 wanita,31 orang di
antaranya adalah lansia yang menderita hipertensi.
Hipertensi sering disebut sebagai silent killer atau the silent
disease, karena pada umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap
hipertensi sebelum memeriksa tekanan darahnya. Berbagai faktor dapat memicu
terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak
diketahui (hipertensi essential) (Palayukan, 2009).
Menurut Casey (2006) bila negara dengan gaya hidup paling tidak
aktif dan memiliki kelebihan berat badan dalam sejarah manusia juga memiliki
prevalensi tertinggi terhadap penyakit jantung. Tanpa terkecuali, penelitian
populasi tentang aktivitas fisik dan kesehatan menunjukkan bahwa gaya hidup
kurang aktif menempatkan anda pada risiko penyakit kronis, termasuk penyakit
jantung, diabetes, obesitas, dan jenis kanker tertentu. Faktanya, sisi lain
juga benar bahwa aktifitas fisik yang teratur berkaitan dengan banyak manfaat
kesehatan, termasuk mencegah dan menurunkan tekanan darah tinggi.
Menurut Coope (1997) beberapa cara berikut membantu menurunkan
tekanan darah pada lansia antara lain mengurangi berat badan yang berlebih,
mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi alkohol dan rokok, mengurangi
intake garam pada makanan, pola makan makanan tinggi kalium dan kalsium serta
rendah natrium dan melakukan olah raga ringan secara teratur.
Jenis
olahraga yang bisa di lakukan antara lain adalah senam lansia. Pada senam
lansia ada gerakan pemanasan dan pendinginan dan gerakan inti setiap
latihannya. Gerakan pada latihan ini juga harus terkontrol dan menghindari
gerakan memelintir dan hiperekstensi berlebih pada punggung dan leher. Lama
latihan berlangsung 15-60 menit dengan frekuensi latihan 3-5 kali perminggu
untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Martuti, 2009). Kegiatan
senam lansia sudah di lakukan di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Ponggalan
Umbulharjo. Menurut instruktur senamnya, senam terdiri dari gerakan pemanasan,
gerakan inti, dan gerakan pendinginan dan dilakukan pada satu sesi latihan.
Gerakan terkontrol dan tidak ada perubahan posisi tubuh secara mendadak,senam di
lakukan kurang lebih 30-60 menit. Namun senam hanya di lakukan seminggu sekali.
Oleh karena itu pengaruh senam lansia terhadap tekanan
darah di UPT Panti Wredha Budhi Dharma masih perlu di buktikan.
Peningkatan tekanan darah (hipertensi) pada lansia dapat diimbangi
dengan pola hidup sehat seperti, makan-makanan yang bergizi, istirahat cukup,
manajemen stres yang positif dan rajin berolahraga. Pada mereka yang kurang bugar
dan tidak aktif bergerak risiko mengalami tekanan darah tinggi meningkat 20% -
50% dibandingkan dengan mereka yang aktif dan bugar (Depkes RI, 2008). Jenis
olahraga yang bisa dilakukan pada lansia antara lain adalah senam lansia.
Berdasarkan konsep prinsip senam pada lansia pada dasarnya sama dengan prinsip
olahraga pada umumnya yang terdiri dari pemanasan, gerakan inti dan pendinginan,
yang membedakan adalah kaitan dengan reaksi tubuh yang lebih lamban pada
lansia, oleh karena itu maka jangka waktu dan beban latihan harus di sesuaikan.
Komponen senam lansia yang dilatih salah satunya yaitu ketahanan kardio
pulmonal (jantung paru). Senam dengan frekuensi tiga kali seminggu terbukti
melenturkan pembuluh darah (Depkes RI, 2007). Dari uraian tersebut di atas
peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh senam lansia terhadap tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Ponggalan
Umbulharjo.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian dalam latar belakang di atas maka rumusan penelitian ini adalah:
Apakah ada pengaruh
senam lansia terhadap tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi di UPT Panti Wredha Budhi Dharma
Ponggalan Umbulharjo?
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengtahui
pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi
di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Ponggalan Umbulharjo.
2. Tujuan Khusus
a.
Mengetahui tekanan darah pada lansia penderita hipertensi sebelum melakukan
senam lansia.
b.
Mengetahui tekanan darah pada lansia penderita hipertensi setelah melakukan
senam lansia.
D.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Pengembangan
wawasan penelitian dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Memperkuat
konsep tentang pengaruh senam lansia terhadap tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi.
2. Bagi Tenaga
Kesehatan
Sebagai
masukan bagi tenaga keperawatan untuk menyempurnakan kegiatan senam lansia di
UPT Panti Wredha Budhi Dharma Ponggalan Umbulharjo.
Dapat
menjadi bahan masukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya pada
penderita hipertensi.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat di jadikan acuan untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
4. Bagi penderita Hipertensi
di Panti Wreda Budhi Dharma
Memberikan
informasi bagi penderita hipertensi dan keluarga agar dapat meningkatkan
kualitas kesehatan.
E.
Keaslian Penelitian
Penelitian
ini melihat pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta.
Berdasarkan pengetahuan peneliti, belum pernah ada penelitian sejenis yang
telah dilakukan. Adapun perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya terletak pada
variabel, subjek, waktu dan tempat penelitian. Penelitian yang pernah dilakukan
antara lain :
1.
Thristyananingsih (2009) Pengaruh Senam Bugar Lansia Terhadap Daya Tahan
Jantung Paru, Status Gizi dan Tekanan Darah Lansia Hipertensi di Posyandu
Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya.
Variabel independen :Senam
bugar lansia
Variabel dependen :
daya tahan jantung paru, status gizi, tekanan darah.
Hasil : ada pengaruh
senam bugar lansia terhadap peningkatan daya tahan jantung paru, status gizi
dan penurunan tekanan darah lansia hipertensi.
Rancangan : Eksperimen dengan one group pretest postest designs
Persamaan : Subjek
penelitian,desain penelitian,variabel tekanan darah.
Perbedaan : Variabel
independen (senam lansia) dan lokasi serta tempat.
2.
Sidang (2006) Pengaruh Olahraga Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi di Klub Jantung Sehat Bhumi Phala Kabupaten Temanggung.
Variabel independen :
Olahraga
Variabel dependen :
Penurunan tekanan darah
Hasil : Ada pengaruh
olahraga terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Rancangan : Non
randomized control group pretest postest
Persamaan : Variabel
dependen (tekanan darah)
Perbedaan : Desain
penelitian, variabel dependen (senam lansia), subjek penelitian, lokasi dan
waktu penelitian.
3. Hikmaharidha (2011) Pengaruh Senam Tai Chi
Terhadap Tekanan Darah Wanita Berusia 50 Tahun ke Atas.
Variabel
independen: senam tai chi
Variabel
dependen: tekanan darah
Hasil:
ada pengaruh senam tai chi terhadap tekanan darah wanita berusia 50 tahun ke
atas
Rancangan:
observasional analitik cross sectional
Persamaan:
variabel dependen (tekanan darah)
Perbedaan:
variabel independen, metode penelitian design penelitian, sample atau subjek
penelitian, lokasi dan waktu penelitian.
No comments:
Post a Comment